Kamis, 22 Agustus 2013

Bota Ili Wata Rian



BOTA ILI  WATA RIAN

Dipuncak Gunung Uyelewun dahulu tinggal sosok seorang manusia, badannya dipenuhi bulu begitulah sosok yang dikenal orang dan orang kedang menyebutnya dengan Bota Ili. Kehidupannya  yang liar dengan makanan berupa kadal dan ular. Untuk memanggang makanannya Bota Ili harus membuatkan api. Untuk  menciptakan api dapat dia lakukan dengan cara menghentakan pantatnya di atas batu dengan demikian akan menghasilkan percikan api.

Asap api mengepul tinggi menjulang ke angkasa dan bila malam tiba Nampak kerlap kerlip nyala api di iringi sedikit asap. Hal ini berulang kali Nampak dalam pandangan Wata Rian dan ketika hal itu muncul selalu diringi rasa  penasaran Wata Rian. Rasa ingin tahupun selalu menghantuinya. Bukankah sebaiknya saya mencari tahu apa gerangan itu, bikin penasaran aja sih kata Wata Rian dalam hati.

Wata Rian adalah sosok seorang laki-laki, dia tinggal di dataran rendah di kaki gunung uyelewun. Makanan utama adalah ikan dengan minumannya adalah Tuaq. Hari-hari hidupnya dia melakukan sadap kelapa untuk mendapatkan tuaq, memancing, menyuluh untuk mendapatkan ikan. Ikan-ikan hasil tangkapannya dia makan begitu saja tanpa harus memasaknya terlebih dahulu.

Kian hari kian penasaran, kepulan asap yang menjulang menggugah hati sang Wata Rian. Sehabis melakukan aktivitasnya Wata Rian menyiapkan segalah sesuatu diantara Tuaq dan Ikan. Dia memutuskan hari itu untuk mendaki gunung ditemani pula seekor anjing. Setengah hari perjalanan akhirnya Wata Rian tiba di tempat dimana sumber api berasal. Namun oleh rasa takut akan keberadaannya Wata Rian memutuskan untuk sembunyi diatas pohon.

Bota Ili belum juga kembali dari perburuhannya. Kurang lebih setengah jam akhirnya kembalilah Bola Ili, dibawa serta hasil buruannya. Rasa lapar menggoroti perut  ingin segera makan. Secepat kilat Bota Ili menghentakan pantatnya di batu hendak menciptakan api. Sekuat apa-pun sentakan itu tidak dapat menghasilkan api. Aneh kata Bota Ili dalam hati. Diulanginya sekali lagi tapi tidak ada hasil, sementara perut trus melilit, sialan umpat Bola Ili pasti ada yang tidak beres disekitar sini.

Wata Rian mengamati diam dibalik ranting pohon, ada rasa penasaran, namun lebih-lebih rasa takut. Melihat tingkah laku Bota Ili yang aneh, belum perawakan yang sangar dengan badan di penuhi bulu, kuku yang tajam Wata Rian mengurung niat untuk menyatakan keberadaannya.

Merasakan ada ketidak beresan disekitar,  Bota Ili memutuskan untuk menyelidiki keadaan sekitar sambil sumpah serapah. Seketika ia melongok ke atas dilihatnya Wata Rian, sekrtika itu Bota Ili langsung menjerit dan melolong serta mengancam untuk memangsa Wata Rian.

Wata Rian tak kalah akal, giliran wata Rian mengancam balik jika engkau terus melakukan hal tersebut maka anjing yang saya serta ini dapat melakukan hal yang serupa seperti yang engkau lakukan. Ancaman Wata Rian membuat ciut Bota Ili. Akhirnya ada kesepakatan dan berkat tuaq sebuah kompromi dapat dicapai. Kini mereka berdua makan mereka saling bertukaran makanan dari makan siang berlanjut hingga makan malam.

Kebersamaan untuk pertama kali kadang membuat mereka sungkan satu sama lain, Rasa penasaran akan makanan yang berbeda seakan terus menggugah selerah. Makanan panggang dengan aroma yang khas serta rasa yg menggugah membuat Wata Rian begitu menikmati makanan tersebut. Sebaliknya Bota Ili, tuaq dan ikan merupakan makanan dan minuman yang menggugah selerah, Bota Ili akhir hanyut oleh tuaq, Bota Ili mabuk sempoyongan yang membawanya dalam alam mimpi.

Rasa penasaran akan sosok berbulu ini, tanpa menyia-nyiakan kesempatan  Wata Rian akhirnya mencukur semua bulu badan Bota Ili. Dilihatnya dia sosok seorang  yang sangat molek rupawan. Wata Rian begitu terkesan begitu tak satupun yang dimiliki Bota Ili sama seperti pada dirinya,  akhirnya merekapun menikah.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Masak sih.

Antonius Rian mengatakan...

wata rian orang kedang atau pendatang darimana