UNIKNYA ANGKA SEMBILAN
DALAM PERSPEKTI
BUDAYA DAN TRADISI MASYARAKAT KEDANG
(Alexius Dato, ST)
Angka pada
umumnya yang dikenal hingga saat ini berasal dari hindu dan dikembangkan
pertama kali di babilonia dan kemudian menyebar luas melalui kolonialisme dan
perdagangan. Angka hindu atau dikenal juga dengan hindu numeral terdiri dari 10
angka dasar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 yang
dikenal hingga saat ini. Dari angka dasar tersebutlah maka lahirlah angka-angka
yang lain dimana merupakan hasil penjumlahan dari angka-angka dasar tersebut.
Masyarakat
kedang hanya mengenal angka yang terdiri dari 5 angka dasar yaitu 1 2 3 4 5 (Muna’, Kasuen, Telun, Ka’apa’,
Lemen) dan angka-angka yang lain merupakan hasil penjumlahan dari angka dasar
tersebut. Untuk dapat memahami dengan baik maka hal dasar yang perlu dipahami
adalah arti dan nilai dari muna’ , kasuen, telun, ka’apak, dan lemen seperti
diuraikan dalam tabel berikut:
Nama/Nilai
|
Muna’
|
Kasuen
|
Telun
|
Ka’apak
|
Lemen
|
|
Muna’
|
1
|
1
|
1+1
|
1+1+1 atau 1 + Kasuen
|
1+1+1+1 atau 1+Telun atau
Kasuen+Kasuen
|
1+1+1+1+1 atau 1+ ka’apak atau Kasuen + Telun
|
Kasuen
|
2
|
|||||
Telun
|
3
|
|||||
Ka’apak
|
4
|
|||||
Lemen
|
5
|
Sampai pada lemen atau yang simbol 5 sebagai bagian
pertama dari angka untuk terciptanya angka-angka lain. Untuk dapat dengan mudah
memahami penggunaan Lemen maka hal dasar yang harus dipahami adalah
bahwa Lemen memiliki nilai yang terkandung didalamnya adalah muna’
5 atau dalam simbol matematika dapat ditulis 1 Lemen sama dengan Muna’ 5 sama halnya dalam perhitungan detik, menit pada jam dimana 1 menit sama dengan 60 detik. Dalam tabel berikut akan diuraikan untuk
angka-angka selanjutnya, dimana oleh masyarakat setempat menggunakan Lemen
di tambah atau dikalikan dengan
5 angka dasar pertama untuk memperoleh angka yang lainnya
Angka
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
|
Nilai
|
Lemen 1 + Muna’1
|
Lemen1 + Muna’ 2
atau Lemen 1 + Kasuen
|
Lemen 1 + Muna’3
atau Lemen 1 + Telun
|
Lemen + Ka’apak
|
Lemen 2
|
Lemen 2 + muna 1’
|
Dst....
|
III. ANGKA YANG UNIK
Dari uraian
tabel tersebut pada angka 9 sembilan ada sesuatu yang unik sebagaimana dalam
penamaan bahasa kedang dimana angka 9 dikenal dengan sebutan Leme
apak. Muncul pertanyaan kenapa dalam penamaannya sendiri dalam bahasa
kedang tidak menggunakan kata lain untuk menamakan angka 9 itu sendiri berbeda
dengan angka-angka yang lain. Coba perhatikan tabel penamaan angka dalam bahasa
kedang dibawah ini:
Simbol
|
Nama
|
1
|
Ude’
|
2
|
Sue
|
3
|
Telu
|
4
|
A’pak
|
5
|
Leme
|
6
|
E’neng
|
7
|
Pitu
|
8
|
Buturai
|
9
|
Leme a’pak
|
10
|
pulu
|
11
|
Pula’ude’
|
12
|
Pula’sue
|
Dst.....
|
Menjawabi pertanyaan tersebut perlu sebuah logika matematika dalam
pendekatan kultur dan budaya untuk bisa memecahkan simbol dan pemaknaan yang
terkandung didalamnya sebab sebuah kultur dan tradisi syarat akan nilai. Mari
kita perhatikan secara saksama 5 angka dasar tersebut diatas sebagaimana dianut
masyrakat kedang. Dalam susunan Muna’ Kasuen, Telun, Ka’apak dan lemen. Ka’
apak atau disimbol 4 merupakan bagian kecil dari angka sedangkan lemen merupakan bagian pertama angka sebagai dasar pembentukan
angka selanjutnya hal ini dikarenakan masyarakat kedang mengenal sistem perhitungan
berbasis lima sama halnya masyarakat Babilonia dimana mengenal sistem
perhitungan berbasis 60 seperti yang kita kenal dalam perhitungan jam sekarang.
Dengan demikian angka leme a’pak (9) dalam istilah bahasa
kedang dikarenakan masyarakat kedang mengenal sistem perhitungan berbasis lima sehingga
angka bisa menghasilkan angka sembilan hanya ada pada lemen dan ka’apa dimana
lemen adalah merupakan bagian pertama dari angka sedangkan ka’apa adalah bagian
kecil dari angka.
Masyarakat
Kedang dalam kehidupan berbudaya hanya mengenal lima angka dasar tersebut. Lima
angka dasar tersebut memiliki peran penting dalam memberi arti dan nilai sebuah
objek atau benda yang berhubungan dengan budaya dan tradisi setempat. Satu objek/benda
tidak hanya dilihat semata secara kualitas objek itu sendiri baik dari segi
jumlah maupun mutu melainkan dapat dinilai secara kuantitas mengenai nilai yang
terkandung dalam objek itu sendiri.
Dalam
kehidupan budaya masyarakat kedang mengenal sebuah istilah panga atau dalam isitilah umum dikenal dengan sebutan mahar. Untuk mengetahui
nilai sebuah mahar masyarakat kedang tidak hanya melihat dari segi jumlah
benda/objek tersebut tetapi memperhatikan berapa nilai yang terkandung di
dalamnya. Hal ini tentu unik dan berbeda dengan budaya masyarakat lain di luar
Kedang. Inilah yang menjadikan kedang itu unik baik dari segi bahasa maupun
budaya.
Sebagai
masyarakat kedang tentu merupakan sebuah kebanggaan, ada hal-hal unik lain dan hanya ada pada
masyarakat kedang seperti halnya sislsilah keturunan dan masih banyak lagi
tentu butuh sedikit pengorbanan untuk mengkaji dan menggali kembali budaya ada
sebelum akhirnya hilang
Sekian
semoga menginspirasi.