Jumat, 14 Oktober 2016

Leme A'pa Angka Yang Unik Masyarakat Kedang



UNIKNYA ANGKA SEMBILAN

DALAM PERSPEKTI BUDAYA DAN TRADISI MASYARAKAT KEDANG
(Alexius Dato, ST)

   I.            SEJARAH TENTANG ANGKA


Angka pada umumnya yang dikenal hingga saat ini berasal dari hindu dan dikembangkan pertama kali di babilonia dan kemudian menyebar luas melalui kolonialisme dan perdagangan. Angka hindu atau dikenal juga dengan hindu numeral terdiri dari 10 angka dasar  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 yang dikenal hingga saat ini. Dari angka dasar tersebutlah maka lahirlah angka-angka yang lain dimana merupakan hasil penjumlahan dari angka-angka dasar tersebut.

      II.         ANGKA MENURUT MASYARAKAT KEDANG 

Masyarakat kedang hanya mengenal angka yang terdiri dari 5 angka dasar yaitu  1 2 3 4 5 (Muna’, Kasuen, Telun, Ka’apa’, Lemen) dan angka-angka yang lain merupakan hasil penjumlahan dari angka dasar tersebut. Untuk dapat memahami dengan baik maka hal dasar yang perlu dipahami adalah arti dan nilai dari muna’ , kasuen, telun, ka’apak, dan lemen seperti diuraikan dalam tabel berikut:
Nama/Nilai
Muna’
Kasuen
Telun
Ka’apak
Lemen







Muna’
1
1
1+1

1+1+1 atau 1 + Kasuen
1+1+1+1 atau 1+Telun atau
Kasuen+Kasuen
1+1+1+1+1 atau 1+ ka’apak atau Kasuen + Telun
Kasuen
2

Telun
3


Ka’apak
4



Lemen
5





Sampai pada  lemen atau yang simbol 5 sebagai bagian pertama dari angka untuk terciptanya angka-angka lain. Untuk dapat dengan mudah memahami penggunaan Lemen   maka hal dasar yang harus dipahami adalah bahwa Lemen memiliki nilai yang terkandung didalamnya adalah muna’ 5 atau dalam simbol matematika dapat ditulis 1 Lemen sama dengan Muna’ 5  sama halnya dalam perhitungan detik, menit  pada jam  dimana 1 menit sama dengan 60 detik.  Dalam tabel berikut akan diuraikan untuk angka-angka selanjutnya, dimana oleh masyarakat setempat menggunakan Lemen  di tambah atau dikalikan dengan 5 angka dasar pertama untuk memperoleh angka yang lainnya
Angka
6
7
8
9
10
11

Nilai
Lemen 1 + Muna’1
Lemen1 + Muna’ 2 atau Lemen 1 + Kasuen
Lemen 1 + Muna’3 atau Lemen 1 + Telun
Lemen  + Ka’apak
Lemen 2
Lemen 2 + muna 1’

Dst....



 III.           ANGKA YANG UNIK

Dari uraian tabel tersebut pada angka 9 sembilan ada sesuatu yang unik sebagaimana dalam penamaan bahasa kedang dimana angka 9 dikenal dengan sebutan Leme apak. Muncul pertanyaan kenapa dalam penamaannya sendiri dalam bahasa kedang tidak menggunakan kata lain untuk menamakan angka 9 itu sendiri berbeda dengan angka-angka yang lain. Coba perhatikan tabel penamaan angka dalam bahasa kedang dibawah ini:
Simbol
Nama
1
Ude’
2
Sue
3
Telu
4
A’pak
5
Leme
6
E’neng
7
Pitu
8
Buturai
9
Leme a’pak
10
pulu
11
Pula’ude’
12
Pula’sue
Dst.....


Menjawabi pertanyaan tersebut perlu sebuah logika matematika dalam pendekatan kultur dan budaya untuk bisa memecahkan simbol dan pemaknaan yang terkandung didalamnya sebab sebuah kultur dan tradisi syarat akan nilai. Mari kita perhatikan secara saksama 5 angka dasar tersebut diatas sebagaimana dianut masyrakat kedang. Dalam susunan Muna’ Kasuen, Telun, Ka’apak dan lemen.  Ka’ apak atau disimbol 4 merupakan bagian kecil dari  angka sedangkan lemen merupakan bagian pertama angka sebagai dasar pembentukan angka selanjutnya hal ini dikarenakan masyarakat kedang mengenal sistem perhitungan berbasis lima sama halnya masyarakat Babilonia dimana mengenal sistem perhitungan berbasis 60 seperti yang kita kenal dalam perhitungan jam sekarang.  Dengan demikian angka leme a’pak (9) dalam istilah bahasa kedang dikarenakan masyarakat kedang mengenal sistem perhitungan berbasis lima sehingga angka bisa menghasilkan angka sembilan hanya ada pada lemen dan ka’apa dimana lemen adalah merupakan bagian pertama dari angka sedangkan ka’apa adalah bagian kecil dari angka.

   IV.            ANGKA DAN BUDAYA KEDANG 

Masyarakat Kedang dalam kehidupan berbudaya hanya mengenal lima angka dasar tersebut. Lima angka dasar tersebut memiliki peran penting dalam memberi arti dan nilai sebuah objek atau benda yang berhubungan dengan budaya dan tradisi setempat. Satu objek/benda tidak hanya dilihat semata secara kualitas objek itu sendiri baik dari segi jumlah maupun mutu melainkan dapat dinilai secara kuantitas mengenai nilai yang terkandung dalam objek itu sendiri.
Dalam kehidupan budaya masyarakat kedang mengenal sebuah istilah panga atau dalam isitilah umum dikenal dengan sebutan mahar. Untuk mengetahui nilai sebuah mahar masyarakat kedang tidak hanya melihat dari segi jumlah benda/objek tersebut tetapi  memperhatikan berapa nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini tentu unik dan berbeda dengan budaya masyarakat lain di luar Kedang. Inilah yang menjadikan kedang itu unik baik dari segi bahasa maupun budaya.

  V.            PENUTUP 

Sebagai masyarakat kedang tentu merupakan sebuah kebanggaan,  ada hal-hal unik lain dan hanya ada pada masyarakat kedang seperti halnya sislsilah keturunan dan masih banyak lagi tentu butuh sedikit pengorbanan untuk mengkaji dan menggali kembali budaya ada sebelum akhirnya hilang
Sekian semoga menginspirasi.

Tidak ada komentar: