
Suku EDANG Lembata Nusa Tenggara Timur
OLEH: Alexius
Dato, ST
Suku EDANG atau juga
dikenal dengan sebutan Suku KEDANG
hal ini disebabkan oleh pengaruh dialeg lamaholot hal ini dipengaruhi oleh
salah satu faktor yaitu perkawinan campur. Suku
EDANG adalah salah satu suku yang terdapat di kabupaten Lembata,
tepatnya di sebelah timur Lembata di provinsi Nusa Tenggara Timur dengan populasi diperkirakan sekitar 20.000 orang.
Suku EDANG adalah penduduk asli kabupaten Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur. Populasinya menyebar didua wilayah kecamatan yakni di kecamatan Omesuri dan kecamatan Bayusuri. Bahasa EDANG berbeda dengan bahasa-bahasa yang digunakan suku lain di Kabupaten Lembata, sehingga bahasa indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar antara suku Kedang dengan suku-suku lain.
Suku EDANG adalah penduduk asli kabupaten Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur. Populasinya menyebar didua wilayah kecamatan yakni di kecamatan Omesuri dan kecamatan Bayusuri. Bahasa EDANG berbeda dengan bahasa-bahasa yang digunakan suku lain di Kabupaten Lembata, sehingga bahasa indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar antara suku Kedang dengan suku-suku lain.

Rumah Adat suku EDANG dikenal dengan sebutan Ebang, Ebang merupakan bentuk identitas diri yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku EDANG. Ebang juga merupakan simbol kebersamaan. Rumah/ Ebang ini ada hampir dimiliki di semua kampung pemukiman suku EDANG. Rumah adat/ Ebang, memiliki bentuk lonjong dan segi empat. Rumah adat/ Ebang terbuat dari bahan lokal yang didominasi oleh bambu dengan kayu yang berbetuk balok sebagai pendukung, atapnya terbuat dari rumput alang-alang. Rumah adat /Ebang dilengkapi pula dengan sebuah bale-bale besar, tempat untuk bermusyawarah. Rumah adat Ebang terdiri dari 4 tiang/tonggak utama dilengkapi dengan lawen (papan berbentuk bundar) yang berfungsi untuk menahan hama tikus atau binatang pengerat lainnya agar tidak masuk ke dalam lumbung.
Rumah adat /Ebang memiliki beberapa fungsi baik
sebagai tempat untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam istilah
setempat dikenal dengan istilah a’tutuq tin teheq selain itu Ebang juga sebagai lumbung pangan, tempat
untuk menyimpan hasil panen, benda-benda pusaka. Hasil panen disimpan di loteng
yang terbagi dalam bilik-bilik /kamar berukuran kecil atau dikenal dengan sebutan lutu, yang terbuat dari bambu. Di tempat
ini disimpan bahan pangan seperti padi, jagung dan kacang-kacangan.
Selain itu, Ebang juga merupakan
simbol perdamaian dan pemersatu keluarga dan masyarakat. Biasanya, dalam urusan
adat, pejabat pemerintah turut diundang hadir untuk menyaksikan penyelesaian
adat oleh para tetua adat. Di tempat ini semua masalah akan dibicarakan secara
terbuka dan dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan.
Masyarakat suku Kedang pada umumnya adalah petani. Pertanian dikerjakan pada lahan
kering atau di ladang. Mereka menanam jagung sebagai tanaman utama, palawija,
ubi, pisang dan lain-lain. Peralatan pertanian yang digunakan, masih menggunakan
alat yang sederhana, seperti tofa dan parang. Musim tanam hanya sekali dalam
setahun, sehingga di waktu tidak menanam, mereka melakukan kegiatan menangkap
ikan, tenun ikat
dan kegiatan penunjang ekonomi lainnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar